“Saya akan kooperatif dan aplikatif dalam menjalankan tugas ini”
Sosok, cantik, anggun, ramah dan bersahaja. Begitulah kira-kira yang tersirat pada istri Bupati Bandung , Hj. Kurnia Agustina. Putri dari mantan Bupati Bandung Obar Sobarna ini lahir di Aceh, tahun 1973. Karena sang ayah dengan berprofesi sebagai tentara, seringkali bertugas ke daerah-daearah yang berbeda, Kurnia kecil bersaudara tinggal selama 9 tahun dan bersekolah Tingkat Kanak-kanak di Aceh . Begitu sang ayah dipindah tugaskan, Sekolah Dasarpun terpaksa berpindah juga, dari Pengalengan Kabupaten Bandung ke Sukabumi. Barulah begitu ke SLTP, SMU hingga pendidikan tinggi ia menetap di kota Bandung.
Bersama tim Buletin Suara pekan lalu, perbincangan santai terjadi di ruang keluarga. Terasa suasana yang hangat dikelilingi foto-foto dari keluarga besar Kurnia. Ibu dari Sarah Inayah Putri Naser, Fadhlan Arwiwinata Naser dan Meysa Namira Naseri ini selain sebagai ibu rumah tangga yang baik juga sangat aktif mendampingi sang suami dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan.
Sebagai seorang pendamping dari orang nomor satu di Kabupaten Bandung ini, Ia kerap mengikuti beberapa kegiatan dari sang suami, salah satunya kegiatan social untuk penanggulangan bencana. Ibu 3 orang anak ini mengaku senang dengan aktivitas social, di sisi lain mendampingi sang suami selaku Kepala Daerah. Pengalaman langsung yang ia rasakan ketika bencana banjir melanda Cicalengka, tepatnya pada bulan April 2013. Ia bersama rombongan turun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi kejadian. Mulai dari lokasi banjir, tempat pengungsian, hingga dapur umum. “ sungguh memprihatinkan kondisinya, untung saja ada para relawan yang tidak kenal lelah” , begitu yang diungkapkan ibu yang juga aktif di Organisasi Dharma Wanita.
Tahun ini adalah kali kedua Ia menjadi Ketua Bulan Dana Palang Merah Indonesia Kabupaten Bandung, bulan dana sendiri bertujuan sebagai upaya pencarian dana yang hasilnya dipergunakan untuk berbagai kegiatan kemanusiaan yang menjadi tugas dan tanggungjawab PMI, dengan target capaian sebesar Rp. 900,000,000,- (Sembilan ratus juta rupiah).
Sebagai ketua bulan dana PMI, Ia berharap dana tersebut betul-betul dipergunakan untuk kegiatan kemanusiaan, karena akan erat kaitannya dengan pembinaan relawan, wilayah rawan bencana dan masyarakat yang terkena bencana. “ Saya akan kooperatif dan aplikatif dalam menjalankan tugas ini, karena di satu sisi keberadaan bulan dana erat kaitannya dengan wilayah rawan dan masyarakatnya sendiri” tegasnya sambil menawarkan secangkir teh pada tim Suara.
Beberapa kali meninjau ke lokasi terkena bencana juga pengungsian, salah satunya banjir di Komplek Cingcin Permata Indah (CPI) Soreang dan longsor di Sungapan, membuat rasa kemanusiaanya semakin tinggi. Terbukti ketika itu Ia memberikan beberapa bantuan logistik untuk para korban, bukan itu saja Ia juga menyempatkan diri untuk berbincang dan mendengarkan keluhan seorang korban bencana saat itu.
Dengan kredibilitasnya pada kegiatan kemanusiaan, Ia pun ditawari untuk menjabat sebagai Ketua PMI Kabupaten Bandung pada periode mendatang, tapi pandangan lain muncul. “ Jika diamanfatkan untuk menjadi ketua bulan dana PMI saya bersedia”, ungkap Ibu yang pernah lulus dari Akademi Bahasa Asing Jurusan Perancis ini. Ia merasa bahwa untuk menjadi ketua PMI itu bukan saja hanya berbekal sosialisme tinggi, tapi tanggungjawab yang tinggi untuk menggerakan motor yang sejak dulu sudah memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas-tugas kemanusiaan di Kabupaten Bandung ini. “Selama ini saya melihat kinerja PMI sudah sangat baik, banyak juga penghargaan yang sudah diperoleh dan saat menjadi relawan bencana, mereka bekerja sukarela walau hanya berbalas ucapan terima kasih”, tungkas ibu yang akan berulang tahun 7 Agustus nanti.
Pesan singkat Ia sampaikan diakhir perbincangan bersama tim Suara. “ Tugas kemanusiaan ini adalah kolaborasi dari berbagai unsur, itu dilakukan sesuai porsi kerja masing-masing guna membantu dan mengurangi penderitaan orang lain” pesannya pada pembaca. Tak lepas dari semua yang dilakukan, di sana ada para relawan yang bekerja tanpa pamrih, bahkan mungkin saya sendiri salut dan harus belajar dari mereka”, tambahnya. *vita