Kasus TB merupakan kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global khususnya di Kabupaten Bandung. DINAS Kesehatan (Dinkes) mencatat, 6.696 warga Kabupaten Bandung menderita penyakit Tuberkulosis (TBC) selama tahun 2018. TBC merupakan infeksi, yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk. Diperkirakan sekitar 3% pasien TB dengan status HIV positif. Oleh karena itu, kolaborasi program TB-HIV merupakan suatu keharusan agar mampu menanggulangi kedua penyakit tersebut secara efisien dan efektif.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP.PKK) Kabupaten Bandung mengatakan, TBC sebagai penyakit yang cukup mematikan, dapat dicegah melalui GERMAS (Gerakan Masyarkat Hidup Sehat). Menurutnya selain Germas, pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menjadi bagian dari upaya preventif menanggulangi sebaran TB di tengah masyarakat.
“Germas dan PHBS bisa menjadi solusi untuk mencegah meluasnya TBC. Apalagi menurut data Dinkes, tahun 2018 tercatat ada 6.696 orang yang mengidap TB. Ini harus segera diwaspadai, tentunya melalui berbagai kegiatan preventif dan promotif. Jadi ayo cegah TBC dengan Germas,” ungkapnya usai menjadi narasumber pada acara Penyuluhan TBC Kader di tingkat kabupaten/ kota dalam rangka peringatan Hari TB Sedunia (HTBS) tahun 2019 di Gd. Dewi Sartika Soreang, Rabu (20/3/2019).
Program penanganan TBC harus dilakukan oleh semua kalangan. Peran masyarakat, industri, dan pemerintah sangat penting untuk bersinergi dalam menanggulangi TBC. “TB ini cukup berbahaya, satu penderita TB bisa menularkan ke 10 orang. Bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani serius. Karena itu, sangat penting keterlibatan semua kalangan untuk menangani serangan TBC. TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari penderita TB aktif yang batuk. Air ludah penderita terhirup oleh orang yang kekebalan tubuhnya lemah.“Faktor lingkungan menentukan penularan seperti kepadatan penduduk tinggi sehingga udara lembab dan pencahayaan matahari minim, serta rumah minim ventilasi,” dan penanganan pencegahan bisa dilakukan juga melalui penguatan peran Posyandu, yang saat ini ada di setiap RW. Karena itu, masyarakat perlu mengenali gejala tuberkulosis. “Jaga terus kebersihan lingkungan, lakukan Germas dan ber PHBS lah, supaya terhindar dari segala peyakit, termasuk TBC.
Adapun Narasumber yang memberikan Paparan dan Penyuluhan dalam kegiatan tersebut diantaranya Ketua kehormatan PPTI Cabang Ibu Nia Dadang naser, Kepala Dinkes kab/Kota drg. Grace Mediana Purnami, M.Kes, Ketua PPTI Kab. Bandung dr. Sukmahadi Thawaf, M.Epid, Kepala Bidang P2PM Dinkes Kab. Bandung dr. Deni Jaeni dan KNCV Jawa Barat Joko Siswanto. Serta didukung oleh TP-PKK Kab. Bandung, Fatayat NU, Aisyiah, Dompet Dhuafa, NKNU, TB Community, KPA Kab. Bandung dan PMI Kab. Bandung
Dalam Rangka hari TB 2019 PPTI Kabupaten Bandung berkomitmen dan bekerjasama dengan lintas lembaga telah memberikan pembekalan ilmu untuk para kader PKK kecamatan di Kabupaten Bandung agar dapat menjadi pelopor “saatnya Indonesia Bebas TBC, Mulai dari Saya” sesuai tema TB Day Global yaitu “Its Time …” menjadi penggerak kepeduliaan kesehatan diwilayahnya sebagai upaya Preventive dan Promotive TB-HIV di Kabupaten Bandung.